Rabu, 04 Juni 2014

Mahasiswa Kristen dan Etika Bisnis Kristiani


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Permasalahan
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita hidup dalam bisnis. Mulai dari hal terkecil seperti kita membeli jajanan di warung sampai bisnis antar perusahaan diseluruh dunia, kita turut ambil bagian dalam itu. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang sudah menentukan jadi apa kita di kemudian hari setelah tamat kuliah dan pasti sebagiannya memilih jadi pengusaha.
Tentunya jika kita berbisnis inginnya memiliki untung yang besar, kita tidak mau ada saingan kita yang mengungguli kemampuan kita, untuk mecapainya kita melakukan strategi untuk mengatasinya, bahkan sampai ada yang diluar akal rasional kita sebagai manusia intelektual.
Dalam berbisnis ada beberapa faktor pendukung untuk membuat bisnis menjadi lebih baik, salah satunya etika . Etika dalam berbisnis bisa sangat penting karena akan menjadi dasar untuk membangun kepercayaan orang lain tentang bisnis yang kita jalankan.
Lalu apakah hubungannya etika bisnis dengan kita yang beragama Kristen ? Jawabannya sangat berhubungan , karena dalam agama Kristen , Yesus mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada siapapun juga , termasuk tidak mencuranginnya. Pengajaran itu juga termasuk dalam hal berbisnis. Berikut kami akan membahas lebih lanjut  berkaitan dengan etika dalam berbisnis dan mahasiswa Kristen.
1.2.Urgensi Masalah
Berikut ada masalah yang berbeda mengenai etika dalam berbisnis.
Beberapa waktu lalu  ada dua berita yang mempertanyakan apakah etika
dan bisnis berasal dari dua dunia berlainan. Pertama, melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi gas PT XXX. Kedua, obat antinyamuk merk YY yang diketahui memakai bahan pestisida berbahaya yang dilarang penggunaannya sejak tahun 2004. Dalam kasus PT XXX, bencana memaksa penduduk harus ke rumah sakit. Perusahaan pun terkesan lebih mengutamakan penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial yang ditimbulkan. Pada kasus YY, meski perusahaan pembuat sudah meminta maaf dan berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bias menyebabkan kanker itu terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran. Atas kasus-kasus itu, kedua perusahaan terkesan melarikan diri dari tanggung jawab. Sebelumnya, kita semua dikejutkan dengan pemakaian formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut serta pembuatan terasi dengan bahan yang sudah berbelatung.[i]
            Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya, bagaimana perusahaan
bersedia melakukan apa saja demi laba. Wajar bila ada kesimpulan, dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperlukan hanya sikap baik dan sopan kepada pemegang saham. Harus diakui, kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal bagi shareholders. Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek dengan segala cara berupaya melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan keuntungan. Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel sering menjadi faktor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam berbisnis.



BAB II
DESKRIPSI LENGKAP PERMASALAHAN
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Akhir-akhir ini semakin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis, terutama mengenai mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar.
Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, sejalan dengan prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut pelaku bisnis kerap menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.
Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis, meski perusahaan - perusahaan tersebut memiliki code of conduct dalam berbisnis yang harus dipatuhi seluruh organ didalam organisasi. Banyak perusahaan melakukan pelanggaran, terutama dalam pelaporan kinerja keuangan perusahaan.
Akhir-akhir ini pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan bangsa pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing karena perusahaan besar telah mulai merambah untuk menguasai bisnis dari hulu ke hilir. Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai larangan praktik monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat mengurangi terjadinya pelenggaran etika bisnis dalam dunia usaha.
Etika Bisnis dengan Mahasiswa Kristen
Masalah ini penting untuk dipermasalahkan karena dalam berbisnis orang cenderung melanggar etika berbisnis. Dalam hal ini bukan hanya orang-orang Kristen tetapi juga seluruh masyarakat lainnya. Sementara kita ketahui etika berkaitan dengan masalah moral di tengah masyarakat yaitu tentang apa yang benar dan apa yang salah. Bagi orang Kristen etika berkaitan tentang apa yang benar dan apa yang salah menurut firman Tuhan. Yaitu orang-orang yang percaya kepada Allah dan firman-Nya sebagai pewahyuan ilahi yang dinyatakan secara khusus bagi orang percaya. Oleh karena keyakinan kita didasarkan kepada Kitab Suci, maka ayat-ayat di dalam Alkitab harus diterapkan sebagai hukum ilahi yang berotoritas atas kehidupan orang Kristen. Sedangkan dalam berbisnis kita juga harus menggunakan etika terutama kita mahasiswa Kristen.
Seringkali orang akan menemukan pertentangan-pertentangan ketika ia akan menerapkan firman Tuhan dalam bisnisnya. Karena tujuan dari pada bisnis adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dan dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan terbesar, maka muncullah berbagai macam motif dan metode yang berbeda-beda. Di sinilah kadang kala muncul kontradiksi perspektif antara bisnis dan Alkitab. Apalagi bila seorang Kristen pelaku bisnis diperhadapkan dengan dua pilihan yang krusial, maka keputusan yang diambil haruslah keputusan yang mengakibatkan resiko terkecil.
Secara sederhana, masalah etika bisnis muncul bila terjadi konflik tanggung jawab, atau konflik loyalitas. Hal ini muncul karena kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain bertabrakan dan kepentingan orang lain mungkin akan dikorbankan demi diri sendiri atau kelompok sendiri dalam praktik bisnis.
Bukan hanya sekedar orang Kristen pelaku bisnis, namun bagaimana jika pelaku bisnis itu adalah seorang hamba Tuhan? Seorang pelayan mimbar? Atau pendeta? Bagaimanakah ia menerapkan prinsip-prinsip Alkitabiah dalam bisnisnya? Apakah konsekuensinya ketika ia menerapkan prinsip Alkitab? Apakah prioritasnya benar? Ataukah akan berubah-ubah? Dan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan lain yang perlu dijawab. Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut haruslah berdasarkana kebenaran firman Allah yang menjadi otoritas tertinggi dalam kehidupan orang-orang Kristen.
BISNIS SEKULER VS BISNIS ALKITABIAH
Telah disinggung sedikit sebelumnya bahwa ada dilema yang akan dihadapi oleh seorang Kristen yang menjadi pelaku bisnis, apalagi bila ia adalah seorang hamba Tuhan. Tujuan utama dari bisnis pada dasarnya adalah memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, yang dimaksudkan keuntungan di sini pastilah berkaitan erat dengan uang.
Tujuan dunia bisnis ialah berhasil dalam bisnis. Semua orang tahu bahwa memperoleh uang lebih banyak daripada yang dibelanjakan merupakan kunci keberhasilan dalam bisnis apapun juga. Itulah sebabnya falsafah populer dunia ini adalah: “Lakukanlah apa saja demi memperoleh uang karena uang adalah kunci keberhasilan bisnis.”
Sedangkan Alkitab memberikan peringatan bahwa cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6:10), ayat ini berbicara tentang sikap hati terhadap uang. Uang adalah sesuatu yang kita butuhkan untuk melakukan transaksi jual beli, namun apabila uang sudah menjadi sesuatu yang mengikat dan menarik hati kita maka akan mengakibatkan berbagai macam kejahatan oleh karena cinta uang.
Sehingga orang juga bisa menjadi hamba uang, kendati Alkitab telah memperingatkan kita (1 Timotius 3:3; 2 Timotius 3:2; Ibrani 13:5). Juga Tuhan memperingatkan bahwa kita tidak dapat melayani dua majikan yaitu Tuhan atau mamon (Matius 6:24; Lukas 16:9, 11, 13).
Dari ayat-ayat ini tidak ada satupun yang mengindikasikan bahwa Tuhan melarang atau membenci uang, karena ada juga banyak ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang kehidupan dunia bisnis.
Dan pastilah ayat-ayat yang dibentangkan di dalam Alkitab banyak di antaranya berkaitan dengan pribadi Tuhan sendiri. Tuhan menunjukkan perhatian-Nya dalam usaha (bisnis) pertanian ketika Ia berjanji : “selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai”. Malah sebagian besar tulisan Musa dalam Perjanjian Lama terdiri atas perintah-perintah Tuhan mengenai usaha pertanian (Imamat 25: 3-4). Tuhan juga terlibat dalam bisnis real estate (tanah dan rumah). Beberapa ayat dalam Perjanjian Lama merupakan perintah Tuhan secara garis besar mengenai cara mengadakan transaksi dalam bisnis real estate. (Imamat 25:10-25; Ulangan 19:14; 27:17).
Kita tidak boleh mengatakan, bahwa “bisnis itu kotor”. Bila ia menjadi kotor, itu adalah karena kesalahan manusia. Bukan oleh karena memang begitulah yang Ia kehendaki. Yang Tuhan kehendaki justru adalah, menjaga kebersihan dan kesucian bisnis itu. Yang Tuhan kehendaki justru adalah, melaksanakan kegiatan itu dengan sepenuh hati kita, disemangati oleh ketaatan kepada-Nya, serta kesadaran yang penuh bahwa kita sedang mengelola harta milik Allah sendiri.
Bukan hanya itu saja, namun Tuhan juga memperhatikan perkembangan sistem kredit dan perbankan (Keluaran 22:25); dalam urusan ukur mengukur dan timbang menimbang (Imamat 19:35-36); dalam perkembangan sistem peradilan (Keluaran 23:1-9); dan dalam program kesejahteraan sosial untuk menunjang rang-orang miskin (Imamat 19:9-10; Ulangan 24:17-22). Dari ayat-ayat ini, kita dapat melihat bagaimana Tuhan menaruh perhatian kepada hal-hal yang berkaitan dengan manajemen dalam banyak aspek kehidupan umat-Nya.
Namun motif dan metode yang digunakan oleh Allah jelaslah berbeda dengan yang digunakan oleh orang-orang dunia. Di sinilah muncul dilema dalam diri hamba Tuhan yang melakukan bisnis. Dilema dalam membuat keputusan, dilema dalam membuat pilihan, dan dilema dalam bertindak. Motif dan metode yang berbeda akan menimbulkan kesulitan dalam menyeimbangkan bisnis dan Alkitab, apabila si pelaku bisnis tidak mengerti kebenaran firman Allah. Dan perlu diingat bahwa otoritas Allah yang mengatur kegiatan bisnis dalam Alkitab hanya dapat berlaku bagi orang yang percaya pada-Nya.[ii]



BAB III
TANGGAPAN TERHADAP PERMASALAHAN
            Ada  hal yang harus kita perhatikan dalam berbisnis. Yakni memerhatikan kepentingan dan menjaga perasaan orang lain serta  mencegah terjadinya salah paham dengan orang lain, karena masing-masing budaya atau negara mempunyai etika bisnis yang berbeda.
Perilaku dan sikap pelaku bisnis dapat  mencerminkan tentang kepribadin pelaku bisnis tersebut. Perilaku juga mencerminkan watak seseorang sehingga ada beberapa hal yang harus dihindari. Perilaku yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak disiplin, dan tidak bisa dipercaya, dapat membuat bisnis tidak berkembang. Etika bisnis yang tepat dapat membangkitkan sifat-sifat yang positif.
Dalam masalah upah Firman Tuhan berkata, “Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya” (Yeremia 22:13). Pada bagian lain Alkitab berkata, “Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu” (Yakobus 5:4).
Beberapa pedoman yang dapat kita ambil dari alkitab untuk masalah upah :
1.      Tuhan tidak menghendaki semua orang dibayar dalam jumlah yang sama
2.      Mereka yang melakukan pekerjaan lebih baik harus dibayar lebih besar
3.      Tuhan sangat menuntut keadilan di dalam membayar upah para karyawan
4.      Majikan Kristen bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan minimal para karyawannya
Dalam masalah suap menyuap, Bernard T. Adeney di dalam bukunya memberikan suatu saran bahwa suap (bribes) adalah dosa dan salah, namun kita bisa melakukan pemberian. Pemberian (gifts) itu harus bersifat tulus dan tidak membelokkan kebenaran, serta tidak mendominasi, tidak mengontrol, dan tidak membelokkan hukum (Amsal 17:23).
Sebagai para pelaku bisnis Kristen ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam berbisnis :
1.      Hendaklah setiap pelaku bisnis memiliki hati nurani.
2.      Peka terhadap masalah-masalah sosial yang ditimbulkan dalam bisnisnya.
3.      Melayani sesamanya.
Menurut Larry Burkett, ada beberapa dasar Alkitab dalam melaksanakan bisnis :
1.      Menjalankan bisnis yang mencerminkan Kristus. Dunia bisnis tidaklah selalu jujur. Oleh karenanya tiap orang Kristen wajib hidup dalam kejujuran. Tuhan sendiri berkat bahwa Ia bergaul erat dengan orang jujur (Amsal 3:32). Tetapi hendaklah keuntungan bukan satu-satunya tujuan dalam praktek bisnis, sebab bila demikian seseorang akan berupaya menghalalkan segala cara untuk mencapai untung. Padahal setiap perilaku orang percaya ada di bawah terang Kristus.
2.      Menjalankan  bisnis yang bertanggungjawab. Maksudnya, pelaku bisnis mampu bekerjasama dengan orang lain dan bisa menerima masukan dari beberapa rekannya (termasuk pasangannya); menyediakan produk yang bermutu dengan harga yang sesuai; menghormati orang yang memberi hutang kepada Anda (Amsal 3:27-28); memperlakukan bawahan dan karyawan dengan adil terutama dalam hal upahnya; dan menjadikan pelanggan atau orang yang menikmati produk atau jasa Anda sebagai yang utama. Jangan menipu mereka.
Beberapa dasar minimum untuk melakukan bisnis sesuai dengan Alkitab berdasarkan buku karangan yang berjudul Bisnis Menurut Alkitab ( Business by The Book ) ditulis oleh Larry Burkett
1.      Refleksikan Kristus dalam bisnis Anda.
Langkah awal adalah Saudara harus mempunyai tekat yang kuat walaupun mengalami banyak tantangan, bahkan pada awalnya akan mengalami kerugian. Anda harus bersikap jujur 100%. Amsal 3:33 : “ Karena orang yang tidak jujur adalah kekejian bagi Tuhan; tetapi dengan orang jujur bergaul erat “ dan Amsal 4:23: “ Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.”
2.      Dapat dipercaya ( accountable )
Refleksikan Firman Tuhan dalam otoritas bisnis Anda untuk mengambil keputusan yang dapat dipercaya dan diandalkan dalam situasi normal atau situasi yang banyak tantangan.  Amsal 3:7 “ janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan.”
3.      Menyediakan  produk berkualitas dengan harga yang wajar.
Hasil produk dan jasa pada suatu perusahaan akan berkata lebih banyak kepada public sebagai pemakai produk dan jasa mengenai karakter sebenarnya perusahaan tersebut dan orang-orang yang ada di dalamnya dibandingkan aspek yang lain dalam perusahaan tersebut. Bila  Anda benar-benar mengasihi sesama, Anda tentu ingin mereka mendapatkan perlakuan sebaik mungkin. Matius 5:16 “ Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan semua orang. Supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
4.      Hormatilah kreditor Anda
Kreditor bisnis mencakup orang yang meminjamkan barang dagangan dan uang. Dalam lingkungan bisnis modern sering disebut “supplier“. Orang Kristen yang tetap memesan barang atau material lainnya padahal sudah menunggak tagihan berarti melakukan tipu daya ! Amsal 3:27 “ Janganlah menahan kebaikan daripada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.” Amsal 3:28 “ Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:”Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi, sedangkan yang diminta ada padamu.”
5.      Perlakukan karyawan Anda dengan adil.
Pimpinan yang menerapkan keadilan mampu memberitakan Kristus kepada karyawan mereka. Biasanya keadilan berkaitan dengan masalah pemberian gaji, tunjangan, perilaku terhadap karyawan ( tidak meremehkan ) dan masih banyak hal yang lainnya. Langkah pertama dalam menegakkan prinsip keadilan adalah dengan mengakui bahwa semua orang itu penting dan berharga, tanpa mempedulikan tingkat gajinya dan tingkat pendidikan mereka.
6.      Perlakukan pelanggan Anda dengan adil.
Jika Anda ingin menjadi saksi setia bagi Tuhan Yesus Kristus, salah satu kesempatan terbesar bagi Anda adalah memberitakan Injil  kepada lingkungan bisnis Anda. Mereka akan mendengarkan Anda, sebagai contoh karena Anda membayar tagihan tepat waktu, Anda memperlakukan karyawan dan pelanggan Anda dengan hormat dan adil. Filipi 2:3 “ dengan tidak mencari kepentingan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri.” Filipi 2:4 “ dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
  

BAB IV
KESIMPULAN
 Orang Kristen bisa melakukan kegiatan bisnis, asalkan rohnya atau semangatnya seperti yang diperintahkan Kristus, dan tingkah lakunya sesuai dengan prinsip-prinsip Injil. Kejujuran, keterbukaan, hubungan yang baik dengan rekan dalam bisnis sangat dituntut pada zaman sekarang ini. Orang Kristen tidak boleh dan tidak dapat melakukan satu hal pun yang tidak jujur. Setiap orang Kristen harus menentukan sendiri berdasarkan hati nuraninya apa yang patut dilakukannya, tetapi dia harus menjaga agar hati nuraninya tetap lembut, dan tekadnya untuk berbuat benar harus kuat. Seluruh dunia bisnis perlu dihadapkan dengan cita-cita besar Kristus mengenai pengorbanan, pelayanan, kerja sama dan persaudaraan.
SARAN
Jika kita berbisnis hendaklah kita selalu jujur dalam segala hal kepada orang-orang yang menjadi bagian dalam bisnis kita. Tidak boleh saling menjatuhkan antara sesama anggota bisnis dan selalu utamakan kasih karena kasih diatas segalanya termasuk juga didalam bisnis. Kita tidak boleh menjadi cinta uang dengan menginginlan untuk sebanyak-banyaknya tanpa disadari itu adalah hal yang salah



[i] Anderson Guntur Komenaung “ETIKA DALAM BISNIS” dalam
http://nurmadwidarmayanti.blogspot.com/2009/10/etika-dalam-bisnis.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar